Solusi pembelajaran agama bagi anak sebenarnya ada 2 jalan yang bisa di tempuh, pertama dengan menyekolakan anak tersebut di Madrasah, dan kedua dengan mengirimkannya ke Pondok Pesantren, lalu apa perbedaan antara kedua jalan tersebut ? perbedaannya adalah waktu dan kualitas pembelajaran yang diberikan, di madrasah, santri (sebutan murid) mendapatkan ilmu hanya beberapa jam saja dan itu juga kualitasnya tergantung anak tersebut memperhatikan atau tidak.
Sedangkan di Pondok Pesantren, anak akan belajar agama selama 24 Jam, jadi hampir seluruh aktifitasnya berhubungan dengan agama, dan kelebihan yang lainnya anak dapat belajar Mandiri (Mandi sendiri, Makan sendiri ), dan tidak bergantung pada orang tua.
Tapi belajar di Pondok Pesantren tidak menjamin anak tersebut langsung bisa ilmu agama, semua itu tergantung pada niat sang anak, dan keseriusan sang anak dalam menuntut ilmu, bukannya tidak mungkin santri Madrasah bisa lebih pintar dalam ilmu agama dari pada satri di Pondok Pesantren, karena niat dan ikhtiar adalah kunci mendapatkan ilmu.
Dan di jaman modern ini, jangan kaget kalau pesantren bukan HANYA mencetak lulusan berilmu agama saja, ada yang ngaco juga terkadang ada bakat tersembunyi anak yang tiba-tiba keluar dan memberikan si anak rangsangan akan sebuah hobi yang tidak di sadar menjadi bakat anak tersebut.
Contoh kecilnya adalah (penulis) saya belajar di Pondok Pesantren Modern pada dari tahun 2009 - 2012 (SMP) dan 2012 - 2015 (SMA), waktu saya SMP saya tergolong anak yang penurut, namun kurang lebih 3 bulan kemudian, saya kehilangan semangat dan berubah menjadi anak yang nakal, sudah tidak terhitung berapa kali di hukum asatidz (dewan ustadz), hukuman seperti di suruh bakti sosial, botak , sampai di pukul pun sudah saya lalui, namun saya tetap tidak menyerah belajar.
Dan ketika saya kelas 7 (1 SMP) saya menerima piagam penghargaan sebagai anak yang rajin ke-perpustakaan, tidak semua yang saya lakukan di perpustakaan itu cuman baca, tidak jarang sengaja tidur karena malas belajar, saya terkenal menjadi anak yang bandel, paling banyak di hukum , sampai sampai cewek di asrama putri tau nama saya,
Lewat SMP, saya masuk SMA , masih di Pesantren Yang sama, karena memang hobi saya dari kecil gemar main PC , dan suka kabur ke warnet cuman main games, sampai pernah loh waktu saya kabur ke warnet, bukannya ustadz yang jemput tapi malah ibu saya, dan bakat saya pun berkembang di lingkungan yang agamis, yang ber-awal hobi main PC nya saja, berubah menjadi seorang programmer website, dan teknisi komputer amatir, dan dari situ prestasi saya di mulai.
Pada tahun 2013 saya memenangkan juara 3 Lomba Desain Website, serta pada tahun 2014 masuk ke 10 Besar pelatihan OSN , dan mulai dari saat itu kehidupan saya berubah, dan akhirnya saya lulus dengan bakat unik yang ngaco dari Visi dan Misi sekolah saya.
Namun saya sedih ketika , santri zaman sekarang lembek-lembek , di pukul sedikit (gara-gara anaknya salah, dan sudah di tegur) lapor ke mama, mama nya nggak terima tuh , lalu lapor ke polisi, tidak kah orang tua merasa malu jika anak nya ternyata gagal karena tidak BERGUNA untuk orang tuanya dan NEGERI nya ?
Dan kesimpulannya, Efektif tidak nya sebuah lembaga pesantren tergantung Anak nya dan kerelaan orang tuanya .
EmoticonEmoticon